Karya : ANNISA RIZKA NOVIANA
Terinspirasi oleh Captain Timnas Indonesia U19 ( EVAN DIMAS)
HAPPY READING^^
Sebagai seorang manusia, kita tak boleh cepat puas dengan apa yang kita
peroleh. Kita harus tetap berlatih dan berusaha. Karena sepandai-pandainya
kita, sehebat-hebatnya kita, masih ada yg lebih hebat dan pandai. Seperti
pepatah mengatakan, “Di atas langit masih ada langit”. Itulah prinsip yang
dipegang teguh oleh Dimas. Pemuda berprestasi dan kreatif yang mulai di kenal
oleh masyarakat.
Cita-citanya yang sedari
dulu ingin ia capai adalah menjadi seorang atlet sepak bola profesional.
Kemampuannya mengolah si kulit bundar memang sudah tidak bisa diragukan lagi.
Terbukti, saat ini ia kerap di panggil oleh pelatih Tim Nasional Indonesiauntuk
memperkuat skuat tim nasional.
3 tahun yang lalu, Dimas
masih menjadi seorang pelajar SMU yang berprestasi. Ia memang harus selalu
berprestasi untuk mendapat beasiswa. Sebab, ia dilahirkan dari keluarga yang
kurang berada. Ayahnya hanyalah seorang buruh pabrik dan Ibunya adalah pembantu
rumah tangga. Itulah mengapa Dimas selalu rajin dan berusaha.
Dulu di sela-sela
kesibukannya sebagai pelajar. Ia harus disibukkan dengan kegiatan lain yaitu
bermain sepak bola. Hebatnya, di usia muda seperti itu ia sudah di rekrut oleh
salah satu club besar Indonesia di bawah usia 17 tahun. Jadwal sekolahnya
sering kali porak-poranda. Dan ia sadar, bahwa kesusahannya saat ini akan
membuahkan hasil yang sangat berharga baginya di masa depan.
Ketika hendak menempuh
ujian SMU, disaat itu pula ia harus bertanding melawan Club besar dari negeri
tetangga. Sama sepertinya, club besar itupun “Club Under 17”. Ia berfikir
mungkin mereka juga sama kerepotan mengatur jadwal sekolah. Itu menjadikannya
termotivasi. Jika lawannya bisa, mengapa ia tidak?
Pertandingan dimulai 1
minggu sebelum ujian. Ia sangat kerepotan dengan jadwal latihannya dan jadwal
belajar. Untuk itu, disela-sela latihan ia membawa serta buku-bukunya untuk
sekedar dibaca dan didiskusikan bersama rekan-rekannya yang mungkin seusia atau
lebih tua sedikit darinya.
Hari ini pertandingan
dimulai, tampak ribuan pasang mata yang akan melihat aksi Dimas dan kawan-kawan
mulai bersiap-siap untuk menyaksikan kick-off babak pertama. Dengan bangga,
kedua kesebelasan berjalan menuju lapangan. Priiiiiiiiiiit... tiupan peluit
wasit mengawali jalannya pertandingan.
Penonton tak
henti-hentinya bersorak untuk Dimas dan kawan-kawan.
“Yakk, Dimas menggocek
bola. Memberi bola kepada Alam, Alam kembali ke Dimas. Dimas, berlari dia. Ooh
mengecoh kiper lawan, ditendang saja Dimas .Dan goooaaal..............”.
Teriakan oleh komentator sepak bola yang disambut riuh oleh ribuan suporter.
Dimas pun bersujud atas
goalnya yang membuat timnya unggul 1-0. 45 menit pertandingan telah berlalu.
Saatnya kedua kesebelasan beristirahat. Para pencari berita pun memotret Dimas
dan memujinya habis-habisan.
Babak kedua telah
dimulai. Dan seperti biasa komentator tak henti-hentinya memberi komentar
terhadap permainan kedua tim. Tampaknya permainan tim lawan mulai meningkat.
Dimas dan kawan-kawan pun kesulitan menghadapinya. Namun serangan balik yang
dibangun pemain bertahan membuahkan hasil.
“Kali ini Dimas yang
membawa bola, dioper kepada Arif. Dioper lagi kepada Randy. Melewati dua pemain
Randy, diberikan kepada Dimas. Kini Dimas berada di depan gawang, dikawal ketat
dia. Dan.. ow ow ow dioper kepada Alam dan membuahkan goal kedua.” Ucap
komentator dengan logat yang cepat.
“Kerjasama yang cantik
oleh para pemain kita, begitu juga dengan Dimas bung !! Dia membawa bola dan
tidak memaksakan diri untuk shooting. Dia berikan bola kepada Alam yang berdiri
bebas di depan gawang. Luar biasa”. Kata komentator yang lain.
Dimas memang bukan orang
yang egois. Ia tidak ingin cepat puas dengan permainannya, ia lebih memilih
rekan-rekannya mendapat kesempatan seperti dirinya. Pemuda yang berjiwa besar
bukan?
Pertandingan telah usai
dengan kemenangan tim Dimas dengan skor 2-0. Kini saatnya Dimas mempersiapkan
ujiannya. Setiap menit, setiap detik, dimanapun ia berada pasti buku yang ia
pegang.
Ujian telah tiba, hari
ini Dimas berangkat sekolah dengan menenteng tas lusuhnya.
“Huhh, aku pasti bisa”.
Ucap Dimas.
Tak terasa, ujian sudah 1
minggu berlalu. Dimas tak memikirkan nilainya nanti. Yang ia pikirkan, apakah
ia bisa melanjutkan sekolahnya. Jika mempunyai uang, ia berencana menempuh
pendidikan di universitas terbuka.
1 minggu kemudian,
pengumuman hasil ujian telah diberikan kepada semua siswa. Dimas terkejut bukan
main ketika melihat nilainya 10,00 semua. Rasanya ia bahagia sekali. Dan kebahagiaannya
itu disambut oleh beasiswa dari clubnya saat ini. Itu karena Dimas berhasil
membawa clubnya menang dan semakin diminati para pemain yang cukup terkenal.
Dimas lalu bersujud
syukur, dan meneteskan air matanya tanda bahagia. Ia tak pernah menyangka bahwa
hidupnya akan seberuntung itu. Kini, Dimas menjadi pemain yang paling bersinar.
Dan juga, pelajar yang berprestasi dan membanggakan orang tuanya.
Terima Kasih telah membaca :)
Silahkan Copas, sertakan sumber ya readers..... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar