Rabu, 30 Oktober 2013

CERPEN CITA-CITA

                                  DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

 Karya : ANNISA RIZKA NOVIANA
Terinspirasi oleh Captain Timnas Indonesia U19 ( EVAN DIMAS)
HAPPY READING^^
           
Sebagai seorang manusia, kita tak boleh cepat puas dengan apa yang kita peroleh. Kita harus tetap berlatih dan berusaha. Karena sepandai-pandainya kita, sehebat-hebatnya kita, masih ada yg lebih hebat dan pandai. Seperti pepatah mengatakan, “Di atas langit masih ada langit”. Itulah prinsip yang dipegang teguh oleh Dimas. Pemuda berprestasi dan kreatif yang mulai di kenal oleh masyarakat.
            Cita-citanya yang sedari dulu ingin ia capai adalah menjadi seorang atlet sepak bola profesional. Kemampuannya mengolah si kulit bundar memang sudah tidak bisa diragukan lagi. Terbukti, saat ini ia kerap di panggil oleh pelatih Tim Nasional Indonesiauntuk memperkuat skuat tim nasional.
            3 tahun yang lalu, Dimas masih menjadi seorang pelajar SMU yang berprestasi. Ia memang harus selalu berprestasi untuk mendapat beasiswa. Sebab, ia dilahirkan dari keluarga yang kurang berada. Ayahnya hanyalah seorang buruh pabrik dan Ibunya adalah pembantu rumah tangga. Itulah mengapa Dimas selalu rajin dan berusaha.
            Dulu di sela-sela kesibukannya sebagai pelajar. Ia harus disibukkan dengan kegiatan lain yaitu bermain sepak bola. Hebatnya, di usia muda seperti itu ia sudah di rekrut oleh salah satu club besar Indonesia di bawah usia 17 tahun. Jadwal sekolahnya sering kali porak-poranda. Dan ia sadar, bahwa kesusahannya saat ini akan membuahkan hasil yang sangat berharga baginya di masa depan.
            Ketika hendak menempuh ujian SMU, disaat itu pula ia harus bertanding melawan Club besar dari negeri tetangga. Sama sepertinya, club besar itupun “Club Under 17”. Ia berfikir mungkin mereka juga sama kerepotan mengatur jadwal sekolah. Itu menjadikannya termotivasi. Jika lawannya bisa, mengapa ia tidak?
            Pertandingan dimulai 1 minggu sebelum ujian. Ia sangat kerepotan dengan jadwal latihannya dan jadwal belajar. Untuk itu, disela-sela latihan ia membawa serta buku-bukunya untuk sekedar dibaca dan didiskusikan bersama rekan-rekannya yang mungkin seusia atau lebih tua sedikit darinya.
            Hari ini pertandingan dimulai, tampak ribuan pasang mata yang akan melihat aksi Dimas dan kawan-kawan mulai bersiap-siap untuk menyaksikan kick-off babak pertama. Dengan bangga, kedua kesebelasan berjalan menuju lapangan. Priiiiiiiiiiit... tiupan peluit wasit mengawali jalannya pertandingan.
            Penonton tak henti-hentinya bersorak untuk Dimas dan kawan-kawan.
            “Yakk, Dimas menggocek bola. Memberi bola kepada Alam, Alam kembali ke Dimas. Dimas, berlari dia. Ooh mengecoh kiper lawan, ditendang saja Dimas .Dan goooaaal..............”. Teriakan oleh komentator sepak bola yang disambut riuh oleh ribuan suporter.
            Dimas pun bersujud atas goalnya yang membuat timnya unggul 1-0. 45 menit pertandingan telah berlalu. Saatnya kedua kesebelasan beristirahat. Para pencari berita pun memotret Dimas dan memujinya habis-habisan.
            Babak kedua telah dimulai. Dan seperti biasa komentator tak henti-hentinya memberi komentar terhadap permainan kedua tim. Tampaknya permainan tim lawan mulai meningkat. Dimas dan kawan-kawan pun kesulitan menghadapinya. Namun serangan balik yang dibangun pemain bertahan membuahkan hasil.
            “Kali ini Dimas yang membawa bola, dioper kepada Arif. Dioper lagi kepada Randy. Melewati dua pemain Randy, diberikan kepada Dimas. Kini Dimas berada di depan gawang, dikawal ketat dia. Dan.. ow ow ow dioper kepada Alam dan membuahkan goal kedua.” Ucap komentator dengan logat yang cepat.
            “Kerjasama yang cantik oleh para pemain kita, begitu juga dengan Dimas bung !! Dia membawa bola dan tidak memaksakan diri untuk shooting. Dia berikan bola kepada Alam yang berdiri bebas di depan gawang. Luar biasa”. Kata komentator yang lain.
            Dimas memang bukan orang yang egois. Ia tidak ingin cepat puas dengan permainannya, ia lebih memilih rekan-rekannya mendapat kesempatan seperti dirinya. Pemuda yang berjiwa besar bukan?
            Pertandingan telah usai dengan kemenangan tim Dimas dengan skor 2-0. Kini saatnya Dimas mempersiapkan ujiannya. Setiap menit, setiap detik, dimanapun ia berada pasti buku yang ia pegang.
            Ujian telah tiba, hari ini Dimas berangkat sekolah dengan menenteng tas lusuhnya.
            “Huhh, aku pasti bisa”. Ucap Dimas.
            Tak terasa, ujian sudah 1 minggu berlalu. Dimas tak memikirkan nilainya nanti. Yang ia pikirkan, apakah ia bisa melanjutkan sekolahnya. Jika mempunyai uang, ia berencana menempuh pendidikan di universitas terbuka.
            1 minggu kemudian, pengumuman hasil ujian telah diberikan kepada semua siswa. Dimas terkejut bukan main ketika melihat nilainya 10,00 semua. Rasanya ia bahagia sekali. Dan kebahagiaannya itu disambut oleh beasiswa dari clubnya saat ini. Itu karena Dimas berhasil membawa clubnya menang dan semakin diminati para pemain yang cukup terkenal.
            Dimas lalu bersujud syukur, dan meneteskan air matanya tanda bahagia. Ia tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan seberuntung itu. Kini, Dimas menjadi pemain yang paling bersinar. Dan juga, pelajar yang berprestasi dan membanggakan orang tuanya.

Terima Kasih telah membaca :)
 Silahkan Copas, sertakan sumber ya readers..... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar