LINGKUNGANKU DAMAI HATIKU RIANG
Karya : Annisa Rizka Viana
HAPPY READING^^
Sebuah bangku mungil yang diayomi bermacam pohon rindang
terlihat sangat indah. Angin sepoi-sepoi, membelai dan menerbangkan rambut
gadis-gadis cilik yang sedang bermain. Wajah mereka tampak girang sekali.
Memang tidak heran jika setiap orang yang lewat di Desa Damai Sejahtera tidak
mau bergegas keluar dari desa itu. Karena selain penduduk yang ramah, desa itu
memiliki pemandangan yang sangat indah. Tidak jarang pula, para pengendara
sejenak menghentikan laju kendaraan mereka. Sekedar duduk di bawah pohon atau
melihat ikan-ikan yang ada di sebuah kolam.
Kenyamanan Desa Damai Sejahtera
memang tidak bisa diragukan lagi, di setiap sudut desa dihiasi oleh berbagai
macam tumbuhan. Kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sehat memang sudah
menjadi hal pokok yang wajib dilaksanakan oleh setiap individu di desa ini.
Begitu pula dengan Murdi dan Aisya, kakak beradik yang menjadi pelopor
terbentuknya desa yang aman dan damai. Tangan-tangan kreatif mereka mampu
mengubah sampah menjadi benda yang elok dipandang.
“Kak, lihat ranting itu !” ujar
Aisya sambil menunjuk sebuah ranting di pinggir jalan.
“Wah aku tahu maksudmu, dan
lihat bungkus makanan ringan itu !” jawab Murdi.
“Akan menjadi rangkaian bunga
bukan?” tebak Aisya.
“Tepat sekali”. Jawab Murdi
dengan mantap.
Kemudian keduanya memungut
sampah-sampah dan ranting yang tergeletak itu. Dikumpulkannya benda-benda
pungutan itu ke sebuah karung seraya melangkah pergi dari tempat tersebut.
Mereka memang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba kreativitas tahunan
yang diselenggarakan di Desa Damai Sejahtera, dan akan diikuti oleh peserta
dari berbagai desa. Untuk itu, Murdi dan Aisya sebagai peserta wajib membuat
karya seni yang indah.
Satu persatu bungkus makanan
ringan yang mereka pungut tadi, dibersihkan dan disusun membentuk sebuah
karangan bunga yang indah. Hati mereka tak sabar untuk menunjukkan sebuah karya
indah yang mereka buat kepada semua peserta lomba dan dewan juri.
“Bagaimana kak?? Hasil karya
kita lumayan juga yaa... Mama pasti bangga dengan kita hahaha”. Ujar Aisya
sambil terkekeh-kekeh.
“Hahaha bisa saja kau ini...
pekerjaanku yang paling rapi kan??” Gurau Murdi.
“Pekerjaan kalian sama-sama
bagus kok.. Mama bangga”. Ucap seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba berdiri
di belakang Murdi dan Aisya.
“Mama...” ucap Murdi dan Aisya
bersamaan.
Selain mencintai lingkungan,
mereka juga sangat mencintai kedua orang tua. Karena bagi mereka, orang tua
adalah sumber motivasi yang tak tergantikan. Setelah itu keduanya mulai
melanjutkan prakarya yang sebentar lagi akan siap sempurna.
Lomba akan dimulai hari ini,
semua peserta hanya mempersiapkan rancangan-rancangan dari rumah. Begitu juga
Murdi dan Aisya, kangaran bunga yang sempurna kemarin hanya dibuat sebagai
contoh dan dipajang di rumah. Priiiiitt.... suara peluit yang ditiup oleh dewan
juri pun mengawali jalannya lomba.
“Seperti sepak bola saja memakai
peluit”. Pikir Murdi.
Semua peserta pun dengan sigap
dan cekatan menyusun prakarya yang akan mereka buat. Mereka tak ingin kalah
dengan tuan rumah, yaitu Murdi dan Aisya. Tak terasa, 90 menit waktu yang
diberikan dewan juri telah habis. Saatnya penilaian, Murdi dan Aisya tampak
senang ketika melihat hasil karya mereka. Tapi, ketika mereka menengok ke
belakang ternyata peserta lain juga membuat karya seni yang sangat indah.
Kemudian mereka tersenyum, ternyata warga sekitar juga telah sadar untuk
memanfaatkan barang bekas dan menyulapnya menjadi karya seni yang amat elok.
Pengumuman dari dewan juri
sangat-sangat mengejutkan, ternyata perolehan nilai paling tinggi dicapai oleh
Murdi dan Aisya. Nomor dua, diperoleh oleh Dimas dan Junian yang membuat kaleng
bekas menjadi sebuah perangkat minum yang elegan. Sedangkan nomor tiga
didapatkan oleh Dini dan Hanzam.
“Wah, kakak.. tidak sia-sia kita
mencintai alam. Karena alam pun pasti akan membalas cinta kita. Kita berhasil
kak”. Kata Aisya dengan wajah yang berseri.
Ucapan
Aisya hanya disambut dengan senyuman oleh Murdi. Murdi tak bisa mengucapkan
apa-apa lagi setelah mendengar pernyataan Adiknya. Ia sendiri yakin bahwa apa
yang ia peroleh saat ini adalah buah dari keteguhannya selama ini untuk menjaga
alam dan mempertahankan keasriannya. Terbukti, karena ia dan adiknya lingkungan
desanya menjadi damai, sejuk, asri, hijau dan menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar