Rabu, 30 Oktober 2013



                          LINGKUNGANKU DAMAI HATIKU RIANG

     Karya : Annisa Rizka Viana 
                          HAPPY READING^^

            Sebuah bangku mungil yang diayomi bermacam pohon rindang terlihat sangat indah. Angin sepoi-sepoi, membelai dan menerbangkan rambut gadis-gadis cilik yang sedang bermain. Wajah mereka tampak girang sekali. Memang tidak heran jika setiap orang yang lewat di Desa Damai Sejahtera tidak mau bergegas keluar dari desa itu. Karena selain penduduk yang ramah, desa itu memiliki pemandangan yang sangat indah. Tidak jarang pula, para pengendara sejenak menghentikan laju kendaraan mereka. Sekedar duduk di bawah pohon atau melihat ikan-ikan yang ada di sebuah kolam.
                Kenyamanan Desa Damai Sejahtera memang tidak bisa diragukan lagi, di setiap sudut desa dihiasi oleh berbagai macam tumbuhan. Kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sehat memang sudah menjadi hal pokok yang wajib dilaksanakan oleh setiap individu di desa ini. Begitu pula dengan Murdi dan Aisya, kakak beradik yang menjadi pelopor terbentuknya desa yang aman dan damai. Tangan-tangan kreatif mereka mampu mengubah sampah menjadi benda yang elok dipandang.
                “Kak, lihat ranting itu !” ujar Aisya sambil menunjuk sebuah ranting di pinggir jalan.
                “Wah aku tahu maksudmu, dan lihat bungkus makanan ringan itu !” jawab Murdi.
                “Akan menjadi rangkaian bunga bukan?” tebak Aisya.
                “Tepat sekali”. Jawab Murdi dengan mantap.
                Kemudian keduanya memungut sampah-sampah dan ranting yang tergeletak itu. Dikumpulkannya benda-benda pungutan itu ke sebuah karung seraya melangkah pergi dari tempat tersebut. Mereka memang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba kreativitas tahunan yang diselenggarakan di Desa Damai Sejahtera, dan akan diikuti oleh peserta dari berbagai desa. Untuk itu, Murdi dan Aisya sebagai peserta wajib membuat karya seni yang indah.
                Satu persatu bungkus makanan ringan yang mereka pungut tadi, dibersihkan dan disusun membentuk sebuah karangan bunga yang indah. Hati mereka tak sabar untuk menunjukkan sebuah karya indah yang mereka buat kepada semua peserta lomba dan dewan juri.
                “Bagaimana kak?? Hasil karya kita lumayan juga yaa... Mama pasti bangga dengan kita hahaha”. Ujar Aisya sambil terkekeh-kekeh.
                “Hahaha bisa saja kau ini... pekerjaanku yang paling rapi kan??” Gurau Murdi.
                “Pekerjaan kalian sama-sama bagus kok.. Mama bangga”. Ucap seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba berdiri di belakang Murdi dan Aisya.
                “Mama...” ucap Murdi dan Aisya bersamaan.
                Selain mencintai lingkungan, mereka juga sangat mencintai kedua orang tua. Karena bagi mereka, orang tua adalah sumber motivasi yang tak tergantikan. Setelah itu keduanya mulai melanjutkan prakarya yang sebentar lagi akan siap sempurna.
                Lomba akan dimulai hari ini, semua peserta hanya mempersiapkan rancangan-rancangan dari rumah. Begitu juga Murdi dan Aisya, kangaran bunga yang sempurna kemarin hanya dibuat sebagai contoh dan dipajang di rumah. Priiiiitt.... suara peluit yang ditiup oleh dewan juri pun mengawali jalannya lomba.
                “Seperti sepak bola saja memakai peluit”. Pikir Murdi.
                Semua peserta pun dengan sigap dan cekatan menyusun prakarya yang akan mereka buat. Mereka tak ingin kalah dengan tuan rumah, yaitu Murdi dan Aisya. Tak terasa, 90 menit waktu yang diberikan dewan juri telah habis. Saatnya penilaian, Murdi dan Aisya tampak senang ketika melihat hasil karya mereka. Tapi, ketika mereka menengok ke belakang ternyata peserta lain juga membuat karya seni yang sangat indah. Kemudian mereka tersenyum, ternyata warga sekitar juga telah sadar untuk memanfaatkan barang bekas dan menyulapnya menjadi karya seni yang amat elok.
                Pengumuman dari dewan juri sangat-sangat mengejutkan, ternyata perolehan nilai paling tinggi dicapai oleh Murdi dan Aisya. Nomor dua, diperoleh oleh Dimas dan Junian yang membuat kaleng bekas menjadi sebuah perangkat minum yang elegan. Sedangkan nomor tiga didapatkan oleh Dini dan Hanzam.
                “Wah, kakak.. tidak sia-sia kita mencintai alam. Karena alam pun pasti akan membalas cinta kita. Kita berhasil kak”. Kata Aisya dengan wajah yang berseri.
                Ucapan Aisya hanya disambut dengan senyuman oleh Murdi. Murdi tak bisa mengucapkan apa-apa lagi setelah mendengar pernyataan Adiknya. Ia sendiri yakin bahwa apa yang ia peroleh saat ini adalah buah dari keteguhannya selama ini untuk menjaga alam dan mempertahankan keasriannya. Terbukti, karena ia dan adiknya lingkungan desanya menjadi damai, sejuk, asri, hijau dan menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar